EKSPLORASI SEJARAH LOKAL MAHASISWA KKN UIN MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR DAN BAPAK SYAKIRIN KUPAS TUNTAS SEJARAH MONUMEN PEMANCAR RADIO YBJ 6 DI JORONG TERATAI
Jorong Teratai, Lubuk Jantan — Pada Rabu, 17 Juni 2024, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Mahmud Yunus Batusangkar menggelar diskusi bersama dalam bincang sejarah yang penuh makna di Masjid Jihad, Jorong Teratai. Kegiatan ini mengangkat sejarah Monumen Pemancar Radio YBJ 6, dengan narasumber Bapak Syakirin, seorang sejarawan lokal terkemuka. Diskusi ini tidak hanya memberikan wawasan mendalam tentang sejarah lokal tetapi juga menghidupkan kembali semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia di kalangan generasi muda.
Monumen Pemancar Radio YBJ 6 memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan Indonesia, khususnya pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Pemancar radio ini menjadi alat komunikasi vital dalam menyampaikan pesan-pesan penting, salah satunya adalah pengangkatan A.A. Maramis sebagai Menteri Luar Negeri.
Saat Konferensi Pan Asia di India yang dihadiri oleh Ms. A.A. Maramis dan Darsono di New Delhi, A.A. Maramis diangkat sebagai Menteri Luar Negeri melalui Surat Keputusan (SK). Namun, karena A.A. Maramis berada di India, SK tersebut harus disampaikan melalui pemancar radio YBJ 6. Meskipun upaya awal tidak berhasil menghubungi A.A. Maramis, keberadaan YBJ 6 tetap krusial dalam komunikasi internasional saat itu.
Rombongan radio YBJ 6, yang dipimpin oleh Safrudin dan Teuku Muhammad Hasan, harus berpencar akibat serangan bertubi-tubi dari Belanda. Di Seroja, YBJ 6 terus diusahakan untuk dioperasikan, sementara pemerintah Nagari Lubuk Jantan mencari lokasi yang tepat agar YBJ 6 dapat terhubung ke India. Pada Januari 1949, YBJ 6 dibawa dari Seroja ke Lareh Aia. Dengan berat 750 kg, pemancar ini membutuhkan 10 orang untuk membawanya, melintasi Titian Sopan atau jembatan gantung.
YBJ 6 beroperasi selama tiga bulan mencoba menyiarkan pesan, dan pada 17 Januari 1949, sinyal ke India berhasil diperoleh. Hubungan sempurna terjalin pada 25 Januari 1949, memungkinkan berita mengenai pengangkatan A.A. Maramis sebagai Menteri Luar Negeri sampai ke India. Melalui konferensi pers di PBB, A.A. Maramis mengabarkan bahwa Indonesia masih ada, sehingga PBB mengirimkan utusan ke Indonesia untuk memverifikasi kebenaran tersebut.
Konferensi Meja Bundar kemudian diadakan di Den Haag, Belanda, yang dihadiri oleh Bung Hatta untuk menerima penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Indonesia. YBJ 6 melakukan perjalanan panjang dari Lareh Aia ke Koto Panjang, melewati Talang, Sumpur Kudus, Halaban, dan terakhir tiba di Bukittinggi. Pada Januari 1950, YBJ 6 dibawa kembali ke Bukittinggi dan tetap berada di sana hingga sekarang. Yongki Bravo Juliet (YBJ) 6 menjadi monumen penting, dengan upacara Hari Bela Negara yang diadakan setiap 19 Desember di monumen YBJ 6.
Dalam sesi bincang sejarah ini, Bapak Syakirin dengan penuh semangat menceritakan detail sejarah YBJ 6 kepada mahasiswa KKN. "Monumen ini bukan hanya simbol teknologi komunikasi, tetapi juga lambang perjuangan dan semangat kemerdekaan yang patut kita hargai dan pelajari," kata Bapak Syakirin. Ia menambahkan bahwa YBJ 6 adalah bukti nyata kegigihan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, bahkan dalam kondisi yang sangat sulit.
Para mahasiswa sangat antusias mengikuti cerita yang disampaikan, mendapatkan perspektif baru tentang peranan radio dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. "Ini adalah pengalaman yang sangat berharga. Kami tidak hanya belajar tentang sejarah, tetapi juga merasakan semangat juang para pahlawan kita," ujar Juma’ah Aci, salah satu mahasiswa KKN.
Selain cerita sejarah, kegiatan ini juga diisi dengan sesi tanya jawab, dimana para mahasiswa dapat langsung berdiskusi dengan Bapak Syakirin mengenai berbagai aspek sejarah Monumen Pemancar Radio YBJ 6 dan peranannya dalam perjuangan kemerdekaan. Diskusi ini memberikan wawasan tambahan yang lebih mendalam tentang konteks sejarah dan teknis operasional pemancar radio tersebut.
Kegiatan bincang sejarah yang diadakan oleh Bapak Syakirin bersama mahasiswa KKN UIN Mahmud Yunus Batusangkar yang terdiri dari 2 kelompok KKN Jorong Teratai dan Jorong Kenanga ini berhasil menyemarakkan semangat kebangsaan di kalangan generasi muda. Melalui pemahaman sejarah Monumen Pemancar Radio YBJ 6, para mahasiswa dan masyarakat Jorong Teratai diingatkan kembali akan pentingnya menghargai dan meneruskan perjuangan para pahlawan. Dengan penuh harapan, semangat ini akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.
Kegiatan ini tidak hanya menambah pengetahuan sejarah para peserta tetapi juga mempererat ikatan sosial dan kebersamaan di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Diharapkan, kegiatan serupa dapat terus diadakan untuk menjaga dan melestarikan sejarah serta semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Fatra efendi
01 Agustus 2023 11:58:34
Semoga apa yang telah kita rencanakan dan sepakati bersama bisa berjalan dengan lancar...